Rabu, 07 September 2016

GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS )

 Adalah pembiasaan membaca buku yang dianjurkan untuk menuliskan apa yang telab siswa dibaca dalam isi buku tersebut baik bersifat ilmu pengetahuan atau tidak...siswa diharuskan membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran..dari pengalaman membaca dan menuliskan apa yang ada dalam kandungan buku tersebut siswa akan mulai mengetahui bagaimana cara menulis buku yang baik secara sederhana dan benar..kemudian di buat dalam bentuk buku yang berisi dari berbagai siswa dan berbagai buku buku yang telah dibaca mulai dari bacaan tiap minggu yang diselesaikan sampai dengan bacaan bacaan yang diseleesaikan membaca dalam satu bulan...
salah satu kiat agar siswa sering masuk perpustakaan dan membaca buku adalah diberikannya penghargaan bagi siswa yang sering masuk perpustakaan terbanyak atau sering masuk kedalam perpustakaan..atau dengan siswa paling sering meminjam buku buk perpustakaan

Selasa, 06 September 2016

Pelatihan membuat blog untuk Pustakawan SMP/MTs YogYakarta




Pada hari ini Rabu tanggal 7 September 2016 saya mendapatkan pengetahuan yang sangat berharga dari pelatihan Pengelola Perpustakaan Sekolah untuk SMP/MTs Kota Yogyakarta yang tidak akan saya lupakan semumur hidup..ilmu ini akan saya berikan kelak pada semua pengunjung siswa semua disekolah..untuk menambah bekal kedepannya terhadap kemajuan pengetahuan melalui membaca tidak hanya melalui buku tapi juga melalui layanan kemajuan teknologi komputer
asil karya batik siswa diuploud melalui pembuatan blog perpustakaan SMP/MTs Kota Yogyakarta
tanggal 7 September 2016 materi Teguh




Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian pengalaman. Belajar tidak sekedar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya, yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu menjadi target dari belajar. Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Kita perlu memperluas pemahaman tentang belajar tidak hanya pada pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut keterampilan serta sikap pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Ada empat area yang disentuh berkenaan dengan belajar yaitu:
Citra diri dan perkembangan kepribadian
Latihan keterampilan hidup
Cara berpikir atau pola pikir
4.  Kompetensi atau kemampuan yang bersifat akademik, fisik, dan artistik.
Selain itu ada satu area lagi yang menurut penulis sangat penting yaitu area yang bersifat rohani, yang menyangkut pengenalan seseorang terhadap Tuhan.
Anak-anak seringkali malas belajar. Apalagi jika harus duduk di hadapan meja belajar. Bagi anak-anak, kegiatan belajar berkesan membosankan.
Banyak orangtua mengeluh karena anaknya kurang semangat belajar. Anak cenderung suka bermain ataupun kegiatan yang lain, seperti olahraga, les tari, vokal, dan lain sebagainya. Anak kurang tertarik dan tidak bersemangat saat diajak bicara seputar kegiatan belajarnya di sekolah. Sampai akhirnya orangtua mendapatkan prestasi belajar anak yang mengecewakan. Apa yang akan Anda lakukan sebagai orangtua ? Lalu apa yang akan Anda lakukan terhadap anak Anda tersebut ? Dapatkah Anda hanya menyalahkan anak ? Memarahi ? Menghukum ? Atau memojokkan dengan cara membanding-bandingkan anak dengan teman atau saudara yang lain ? Dapatkah itu menjadi pemecah masalah sehingga anak Anda menjadi lebih baik ? Jawabannya adalah ‘tidak’. Cara-cara tersebut telah terbukti tidak dapat membantu anak menjadi lebih baik. Namun justru akan merusak dan menghancurkan semangat dan rasa percaya diri anak saat ini dan saat mendatang.
Agar bisa bertindak bijak, orangtua perlu mengetahui penyebab anak malas belajar. Di antaranya, pertama, berkaitan dengan kondisi psikologis anak. Misalnya, sedang sedih, kurangnya waktu bermain, atau sedang bermasalah di rumah (cemburu pada adik baru), atau bermasalah di sekolah (bertengkar dengan teman). Atau, bisa juga karena hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, orangtua sering bertengkar, sehingga suasana rumah menjadi tidak nyaman untuk belajar. Selan itu, kondisi fisik anak yang sedang tidak sehat atau sakit juga menyebabkan anak sulit untuk berkonsentrasi dan enggan belajar.
Pelajaran sekolah yang kurang sesuai dengan usia anak juga akan menyebabkan anak malas belajar. Hal ini akan membuat anak merasa kesulitan, putus asa dalam memahami materi, dan akhirnya mogok belajar.
Penyebab lainnya, adalah anak tidak terlalu memiliki minat untuk tahu. Bisa jadi karena sejak awal orangtua kurang merespon positif setiap pertanyaan kritis anak atau menjawab seadanya saja. Alhasil, anak menjadi enggan untuk bertanya dan mengembangkan keingintahuannya, karena merasa diabaikan orangtuanya.
Anak-anak yang tidak suka belajar, boleh jadi, karena menganggap belajar adalah aktivitas yang tidak menyenangkan. Terlalu serius, tidak bisa bermain. Padahal, sebenarnya, belajar tidak terbatas pada ‘duduk di depan meja’ saja. Kegiatan sehari-hari bersama anak, dapat di-setting menjadi kegiatan belajar yang menyenangkan. Maka, menciptakan suasan belajar yang fun adalah prioritas yang harus diupayakan orangtua.
Tony Buzan, seorang psikolog dari Inggris, mengatakan demikian; “Pada saat seorang anak dilahirkan, ia sebetulnya benar-benar brilian.” Sebab itu, adalah salah jika orangtua beranggapan anaknya bodoh. Bila ia dikatakan bodoh, maka kemungkinan ia akan menjadi bodoh. Saran yang diberikan adalah agar anak mendapatkan sebanyak mungkin latihan fisik yang menggunakan tangan dan kaki seperti merangkak, memanjat, dan sebagainya. Orangtua perlu memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar dari kesalahan, yaitu melalui trial and error (coba-salah). Anak-anak suka bereksperimen, mencipta, dan mencari tahu cara bekerjanya sesuatu. Mereka juga suka pada tantangan. Sebab itu penting bagi orangtua untuk memperluas dunia anak mereka, tidak terbatas hanya di rumah saja.
Kapan waktu yang paling tepat bagi seorang anak untuk belajar secara optimal? Teori perkembangan kognitif Piaget memberi penekanan pada faktor kematangan atau kesiapan dalam belajar, artinya ada masanya bagi seorang anak untuk belajar sesuatu. Sebab itu adalah sia-sia jika kita mengajarkan sesuatu kepada anak sebelum waktunya. Misalnya, anak yang belum memasuki tahap perkembangan kognitif praoperasional (2-7 tahun) umumnya masih akan mengalami kesulitan dalam belajar bahasa karena belum mampu menggunakan simbol-simbol. Oleh karena itu, penganut teori Piaget berpendapat bahwa adalah sia-sia mengajar bahasa (di luar bahasa ibu) kepada anak usia di bawah lima tahun.
Namun belakangan ini berkembang teori belajar yang bisa kita baca dalam buku Accelerated Learning for the 21st Century oleh Colin Rose dan Malcolm J. Nitcholl, yang mengatakan bahwa sejak lahir sampai dengan usia 10 tahun adalah masa-masa yang sangat penting dan peka bagi anak untuk belajar. Disebutkan bahwa 50% kemampuan belajar anak dikembangkan pada masa empat tahun pertama, 30% dikembangkan menjelang ulang tahunnya yang ke-8, dan tahun-tahun yang amat penting tersebut merupakan landasan atau penentu bagi semua proses belajarnya di masa depan.
Berdasarkan teori tersebut, anak perlu diberi banyak rangsangan pada masa empat tahun pertama agar ia belajar dan menyerap banyak hal. Tahun-tahun pertama inilah yang justru merupakan saat tepat dan ideal bagi anak untuk belajar lebih dari satu bahasa. Dikatakan juga bahwa semua anak sebenarnya jenius di bidang bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa saat terbaik untuk mengembangkan kemampuan belajar adalah sebelum masuk sekolah, karena sebagian besar jalur penting di otak dibentuk pada tahun-tahun awal tersebut. Dalam hal ini, orangtua memegang peranan sangat penting dalam meletakkan fondasi bagi pengembangan kemampuan belajar anak.
Bagaimana agar anak bersemangat belajar?
Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
1. Berikan sarana pendukung belajar yang sesuai bagi si kecil. Jika sarana sudah tersedia, ciptakan suasana menyenangkan. Agar tidak muncul kesan membosankan. Suasana nyaman, dapat diciptakan melalui penataan ruang dan meja belajar yang sesuai kebutuhan dan mood anak.
2. Dalam memilih meja belajar, sesuaikan ukuran dan desain dengan kebutuhan si kecil. Pilih desain yang “ceria” dan kreatif. Bisa yang bergambar binatang atau alphabet berukuran besar. Untuk warna, biarkan si kecil memilih warna kesukaannya. Pencahayaan juga penting. Letakkan lampu meja berseberangan dengan posisi si kecil ketika menulis. Misalnya, jika si kecil menulis dengan tangan kanan, letakkan lampu di sebelah kiri meja. Pilih meja dan kursi belajar yang ergonomis (sesuai dengan ukuran dan bentuk tubuh). Agar si kecil merasa nyaman ketika duduk dan menulis. Letakkan meja belajar berjauhan dengan tempat tidur. Supaya si kecil tidak tergoda untuk membaca sambil tidur. Pilih meja belajar yang dilengkapi rak-rak kecil. Biasanya anak-anak suka memajang pernak-pernik favorit di atas meja belajar. Tempatkan beberapa aksesoris berwarna sejuk, sehingga mata si kecil dapat selalu refreshing sejenak. Tidak hanya terpaku pada buku atau layar komputer. Pastikan meja belajar selalu rapi dan bersih. Latih si kecil untuk selalu membereskan meja belajarnya. Suasana yang rapi dan bersih dapat meningkatkan mood belajar anak.
3. Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks). Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan. Orangtua hendaknya tidak terlalu menekankan nilai, kelulusan, dan gelar, sebab hakekat belajar bukan terletak pada itu semua. Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak melebihi kemampuannya. Sebenarnya perlu bagi orangtua untuk merefleksi diri dan menjawab dengan jujur pertanyaan; “Apakah yang saya lakukan ini adalah untuk kepentingan anak saya atau untuk kepentingan diri saya sendiri?”
4. Orangtua harus menjadi contoh. Anak harus melihat bahwa belajar adalah kegiatan yang juga dilakukan orang dewasa. Cobalah membaca, menulis, atau berdiskusi bersama anak. Jadikan belajar sebagai budaya keluarga kita.
5. Ajaklah anak untuk terbiasa berdoa sebelum memulai pekerjaan. Tumbuhkan rasa butuh akan berdoa pada anak. Dengan begitu anak yang akan mulai belajar merasakan kebersamaan Allah dimanapun ia berada.
6. Dampingi anak ketika ia belajar. Agar ketika mendapatkan kesulitan anak tidak langsung putus asa, karena ada orangtua yang segera membantunya. Sekaligus, kenali pula daya konsentrasi anak kita. Ada anak yang hanya mampu konsentrasi 10 menit di awal saja, ada pula yang lebih lama. Maka, perlakuannya pun berbeda. Anak yang daya konsentrasinya relatif lebih pendek, dapat disiasati dengan bermain, atau rehat di antara waktu belajar. Belajar dengan jeda waktu istirahat setiap 20 menit akan jauh lebih efektif daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.
7. Buatkan waktu belajar yang sesuai dengan jadwal anak. Mungkin ba’da Ashar, setelah ia tidur siang, atau malah sesudah Isya setelah ia menyelesaikan aktivitasnya (bermain). Jangan sampai, orangtua terkesan memaksakan waktu belajar kepada anak, sehingga malah tidak ada waktu untuk bermain. Karena itu, orangtua dapat berdiskusi dengan anak, tentang kesepakatan waktu belajar. Hal ini, juga mendidik anak untuk komitmen dengan kesepakatan yang diputuskan bersama.
8. Beri motivasi anak untuk mencari dan menemukan jalan keluar saat ia menghadapi masalah. Biasakan diri Anda mengucapkan kalimat-kalimat motivatif pada anak. Seperti : Kamu anak pintar. Cobalah terus, kamu pasti berhasil. Ayo, kamu pasti bisa, dan sebagainya. Kalimat-kalimat tersebut akan berdampak positif langsung pada anak.
9. Berilah reaksi positif berupa pujian saat ia berhasil menyelesaikan pekerjaan yang Anda berikan. Usahakan untuk tidak mencela ataupun mengritik kesalahan yang dilakukan anak. Karena itu hanya akan menyebabkan anak berputus asa dan merasa gagal.
10. Rangsang minat belajar anak dengan memberi pemahaman bahwa belajar akan membuatnya pintar, tahu banyak hal yang berguna bagi kehidupannya dan menghasilkan sebuah keberhasilan yang sangat berharga bagi dirinya saat ini dan saat mendatang. Tentu, orangtua dapat menyesuaikannya dengan tingkat pemahaman anak, artinya lebih konkrit dan bisa dimengerti anak. Tumbuhkan pemahaman bahwa Allah sayang orang-orang yang mau berusaha untuk memperbaiki diri. Dengan itu anak akan merasa bahwa Allah suka dengan orang yang mau berusaha dan tidak berputus asa.
11. Kenali tipe dominan cara belajar anak, apakah tipe auditory (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), visual (melihat) ataukah kinesthetik (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.
12. Manfaatkan sarana bermain untuk Belajar. Dunia anak adalah dunia bermain.  Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang dan nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor emosi sangat penting dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Ketika suatu pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas guru dan orangtua untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi wadah dan sarana anak untuk belajar, misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain.
13. Gunakan kelima indra anak sebagai jalur belajar. Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di tempat yang berbeda. Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi dengan menggunakan semua indera kita  : melihat, mendengar, berbicara, menyentuh, dan membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkret yang aktif. Untuk memahami konsep ‘bulat’ yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum Teaching, kita belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan.
14. Pakailah seluruh dunia sebagai ruang kelas.Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon, matahari, bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan persegi panjang bisa dilihat pada pintu, jendela, buku, kasur. Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu, saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada rumah, gunung, dan tenda.
15. Cobalah memberi tes pelajaran yang Anda yakin anak akan mampu menyelesaikan dengan mudah, tanpa kesulitan sama sekali. Biarkan anak untuk lebih dulu mengerjakan pelajaran yang lebih disukai dan yang dapat dikerjakan dengan mudah. Setelah anak berhasil, Anda akan melihat betapa bangga dan gembiranya ia. Biarkan anak mengekspresikan kegembiraannya.
16. Sebaiknya Anda tidak mengharapkan hasil yang besar dalam waktu yang singkat. Anak Anda membutuhkan waktu untuk membangun semangat dan rasa percaya dirinya. Anak akan merasa kesal bila Anda mendesak dan memaksanya untuk berbuat lebih baik
17. Berilah hadiah sederhana bila anak menunjukkan keberhasilannya. Upayakan agar hadiah yang Anda berikan pada anak bervariasi. Sehingga dengan begitu anak tidak merasa bosan.
18. Jangan lupa untuk memberi anak waktu istirahat yang pantas dari waktu belajarnya di rumah. Mungkin dapat Anda lengkapi istirahat anak dengan es krim ataupun sepotong roti. Suasana istirahat yang menyenangkan akan menjadi hal yang istimewa bagi anak.
19. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi sangat antusias dan semangat untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak sesuai dengan perkembangan anak. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dipelajari terlalu sulit.
20. Untuk merangsang kemampuan daya pikir anak, berilah pengalaman menarik kepada anak. Misalnya dengan mengajak anak ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi anak. Pengalaman baru tersebut akan memperkaya dan memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan anak. Mintalah anak menulis apa yang dilihatnya. Kemudian rangsanglah anak untuk menceritakan pengalamannya. Respon positif Anda sangat berarti bagi anak. Anak akan merasa dirinya dihargai hingga tumbuh semangat, rasa bangga dan gembira.
21. Berkunjung ke toko buku juga merupakan salah satu bentuk wisata edukatif yang harus ditanamkan pada anak sedari kecil. Tanamkan kecintaan membaca pada anak sedari dini. Karena ilmu bukan hanya bisa didapat dari buku pelajaran atau textbook, namun juga dari buku-buku lainnya. Bahkan bukan tidak mungkin ada hal yang bisa dipelajari anak dari buku komik favoritnya. Jadi biarkan mereka memilih sendiri buku yangdiminati.
22. Hindari membantu anak mengerjakan tugasnya. Hal yang itu justru akan mendorong lahirnya ketergantungan anak pada Anda. Biarkan anak belajar dari pengalaman dengan menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
23. Cinta adalah resep penting dalam pendidikan anak. Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling penting dalam dunia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama dalam mendukung perkembangan anak seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar dalam proses belajar anak.
Ada cerita dari pengalaman seorang ibu yang pendidikannya hanya sampai SD dan memiliki 13 anak, tetapi semuanya berhasil. Suatu ketika, ada orang yang bertanya kepada si ibu itu, “Doa apa yang dipakai ibu sehingga semuanya berhasil?” Jawabnya, “Saya dan suami saya tidak banyak berdoa. Tapi, bila anak saya bersalah atau saya tidak senang perbuatannya, saya selalu berkata, “Mudah-mudahan Tuhan memberimu petunjuk. Jadi, anak ini tidak dimaki, dikutuk, atau dimarahi. Dan, kami kedua orang tuanya tidak pernah memberi makan mereka dengan makanan yang haram”.
Semoga dengan segala upaya yang dioptimalkan orangtua, anak kita menjadi pembelajar sejati yang tidak akan pernah jemu belajar, meningkatkan pengetahuannya, dan menjadi generasi terbaik. Insya Allah.




Beberapa Pengertian :
1. Perpustakan adalah Intitusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan system yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka.
2. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakt atau lembga yang memanfaatkan pasilitas layanan perpustakaan.
3. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah tersebut khususnya guru dan murid. (Yusuf dan Suhendar, 2007, hal
4. Promosi adalah mekanisme komunikatif persuasif pemasaran dengan memanfaatkan teknik-teknik hubungan masyarakat. (Darmono, 2001, hal
Promosi merupakan kegiatan penting pada suatu organisasi, apalagi untuk organisasi yang bergerak di bergerak di bidang usaha dan jasa. Produk atau jasa yang dihasilkan tidak ada gunanya jika tidak diketahui atau dimanfaatkan oleh konsumennya.
Tujuan Promosi:
1. Untuk menarik perhatian
2. Untuk menciptakan kesan
3. Untuk membangkitkan minat
4. Untuk memperoleh tanggapan
Demikian halnya dengan perpustakaan sekolah. Jika konsumen perpustakaan sekolah, dalam hal ini guru, murid dan anggota masyarakat sekolah lainnya seperti pegawai tata usaha, satpam, dll. tidak mengetahui apa itu perpustakaan sekolah, apa yang ada di perpustakaan sekolah, buku-buku apa saja yang dapat dibaca di perpustakaan sekolah, maka manfaat perpustakaan sekolah tidak akan dirasakan oleh mereka. Dengan demikian mereka sebagai konsumen perpustakaan, tidak akan berkunjung ke perpustakaan sekolah.
Tujuan Promosi Perpustakaan :
1. Memperkenalkan perpustakaan, koleksi, jenis koleksi yang dimiliki, kekhususan koleksi, jenis layanan, dan manfaat yang dapat diperoleh oleh pemustaka.
2. Untuk menggairahkan minat baca serta menambah jumlah orang yang gemar membaca agar koleksi dimanfaatkan secara maksimal.
3. Memberi kesadaran kepada masyarakat tentang adanya pelayanan perpustakaan, mendorong masyarakat untuk menggunakan perpustakaan dan mengembangkan pengertian masyarakat agar mendukung kegiatan perpustakaan.
Melalui kegiatan promosi, diharapkan masyarakat sekolah mengetahui pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan sekolah sehingga membuat mereka tertarik dan berkunjung.
Perpustakaan sekolah perlu melakukan promosi kepada siswa dan guru di lingkungan sekolah tersebut. Promosi yang dilakukan oleh perpustakaan sekolah agak berbeda dengan perpustakaan umum atau jenis perpustakaan lain karena sasarannya berbeda.
Bentuk promosi yang bisa dilakukan perpustakaan sekolah antara lain:
1. Pembuatan poster atau leaflet
Poster dapat ditulis dengan tangan pada kertas manila atau pada kertas lain dengan ukuran agak besar dan ditempatkan pada ruang perpustakaan atau papan pengumuman sekolah. Isi poster misalnya tentang himbauan pentingnya membaca.
2. Pameran buku
Pameran buku dapat dilakukan oleh perpustakaan secara periodic, misalnya bertepatan dengan hari hari besar nasional. Buku yang dipamerkan dikaitkan dengan tema hari peringatan. Misalnya pada hari Kebangkitan Nasional maka buku yang dipamerkan dapat berupa buku-buku tentang kepahlawanan dan perjuangan bangsa melawan penjajah.
3. Penataan ruang perpustakaan yang baik
Penataan ruangan yang baik, rapi bersih, tersedia tempat baca yang nyaman dan menyenangkan merupakan kegiatan promosi perpustakaan. Meskipun ini merupakan promosi tidak langsung akan tetapi pengaruhnya cukup kuat untuk mengajak dan membujuk siswa untuk datang ke perpustakaan.
Telah disebutkan tadi bahwa salah satu tujuan promosi perpustakaan adalah untuk menggairahkan minat baca. Jadi, promosi perpustakaan berkaitan erat dengan minat baca. Minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Minat baca ditunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk melakukan kegiatan membaca. Orang yang memiliki minat membaca yang tinggi senantiasa mengisi waktu luang dengan membaca. Orang yang demikian senantiasa haus akan bahan bacaan. Keinginan membaca sangat berpengaruh terhadap keterampilan membaca. Tujuan umum orang membaca adalah untuk mendapatkan informasi baru. Pada kenyataannya ada tujuan yang lebih khusus dalam kegiatan membaca
Tujuan Membaca :
1. Membaca untuk kesenangan ( Reading for Pleasure)
Yaitu membaca novel, surat kabar, majalah dan komik. Bahan bacaannya adalah bacaan ringan.
2. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan ( Reading for intellectual profit )
Yaitu membaca buku-buku pelajaran, dan buku ilmu pengetahuan.
3. Membaca untuk melakukan pekerjaan (Reading for work)
Misalnya mekanik membaca buku petunjuk, ibu-ibu yang akan memasak membaca buku resep masakan, membaca prosedur kerja, dll.
Minat dan kegemaran membaca tidak dengan sendirinya dimiliki oleh seseorang termasuk anak-anak dalam usia sekolah. Minat baca dapat tumbuh dan berkembang dengan cara dibentuk. Menumbuhkan minat baca haruslah dimulai sejak dini yaitu sejak masih anak-anak.
Upaya untuk meningkatkan minat dan kegemaran membaca harus melibatkan unsure-unsur berikut :
1. Anak didik
2. Guru sekolah
Guru memegang peranan penting dalam menggairahkan minat baca anak didik. Guru sebagai contoh yang diidolakan anak-anak akan sangat efektif mengajak anak anak ke perpustakaan sekolah. Caranya yaitu guru-guru berkunjung dan membaca ke perpustakaan sekolah, dengan demikian anak-anak akan melihat dan meniru kegiatan guru idolanya sehingga mereka juga akan berkunjung dan membaca.
3. Sekolah
Dengan berbagai program kegiatan yang dapat menunjang pengkondisian tumbuhnya minat baca daan kegemaran membaca, misalnya melakukan kegiatan lomba story telling yaitu lomba menceritakan kembali kisah tokoh atau sejarah budaya yang diambil bahannya dari perpustakaan sekolah, selain itu juga kegiatan lomba meringkas cerita sejarah budaya, misalnya sejarah Datuk Bandar Kajum dsb.
4. Orang Tua
Orang tua diharapkan selalu menganjurkan anak anak untuk lebih sering membaca daripada menonton televisi. Hendaknya orang tua juga memberi insentif bagi anak-anak yang rajin membaca buku dengan membelikan buku-buku baru. Pada saat penerimaan raport, bagi anak-anak yang mendapat nilai raport yang bagus diberi hadiah buku, baik buku cerita atau buku ilmu pengetahuan. Juga pada saat anak anak berulang tahun, orang tua sebaiknya memberi hadiah berupa buku bacaan.
5. Lembaga masyarakat.
6. Pemerintah
Melalui berbagai program kegiatannya, misalnya dalam rangka perayaan hari-hari besar nasional, mengadakan pameran buku atau perlombaan-perlombaan untuk anak-anak sekolah misalnya lomba pidato, menulis puisi, mengarang, dll, yang berkaitan dengan pembinaan minat dan kegemaran membaca.
Peran perpustakaan sangat sentral dalam membina dan menumbuhkan kesadaran membaca. Kegiatan membaca berkaitan dengan tersedianya bahan bacaan yang memadai baik jumlah maupun kualitas bacaan. Maka yang perlu dilakukan oleh perpustakaan sekolah dalam mempengaruhi keinginan membaca khususnya anak didik adalah dengan menyediakan bahan bacaan yang menarik perhatian anak-anak sehingga akan mendorong mereka untuk ingin membaca. Setelah ada keinginan, kemudian mereka membaca, dan pada akhirnya mereka menjadi gemar membaca. Bacaan-bacaan ringan sangat efektif membuat seseorang bersabar untuk menuntaskan bahan bacaannya. Jika sudah terbiasa, semakin hari semakin efektif, pada akhirnya akan terus membaca.
Di lingkungan anak usia sekolah usaha pengembangan minat baca dapat dilakukan dengan prinsip jenjang dan pikat.
Jenjang :
Upaya untuk mengkondisikan perlunya penyediaan materi bacaan yang sesuai dengan perkembangan anak yang dapat memperkuat minat baca anak yang terus mendorong anak untuk maju menuju kegiatan membaca yang berkualitas
Pikat:
Upaya untuk memikat anak-anak untuk menyenangi kegitan membaca.
Memberi permen kepada anak-anak yang berkunjung ke perpustakaan juga salah satu upaya untuk memikat anak- anak menyenangi berkunjung ke perpustakaan.
Peran perpustakaan dalam menumbuhkan minat baca di lingkungan perpustakaan sekolah yaitu :
a. Memilih dan menyediakan bahan bacaan yang menarik
b. Menganjurkan cara penyajian pelajaran di sekolah dikaitkan dengan tugas ke perpustakaan
c. Memberikan kemudahan kepada pemustaka dalam mendapatkan bacaan yang menarik.
d. Memberikan kebebasan membaca secara leluasa kepada pemustaka yaitu dengan merangsang anak mencari dan menemukan sendiri bacaan yang sesuai dengan minatnya. Cara ini juga membiasakan anak untuk melakukan penelusuran bahan bacaan yang diminatinya.
e. Menanamkan kesadaran kepada pemustaka tentang pentingnya membaca dalam kehidupan khususnya dalam mencapai keberhasilan sekolah.
f. Melakukan kegiatan lomba minat baca
g. Mengkaitkan kegiatan peraayaan hari-hari besar nasional dengan kegiatan pameran buku.
h. Memberikan penghargaan kepada anak didik yang paling sering berkunjung atau paling sering meminjam buku perpustakaan sebagai Pengunjung Aktif atau Peminjam Aktif yang dinilai dalam kurun waktu tertentu misalnya setiap semesteran atau tahunan.
Bentuk-bentuk promosi yang dapat dilakukan Perpustakaan Sekolah yaitu:
1. Pembuatan poster atau leaflet tentang pentingnya membaca
2. Pameran buku secara periodik (padahari-hari besar nasional )
3. Penataan ruang perpustakaan yang baik dan menarik
4. Mengingatkan siswa tentang pentingnya membaca secara periodic (melalui amanat kepala sekolah setiap upacara hari senin)
5. Memberikan tugas kepada siswa yang penyelesaiannya harus dengan membaca koleksi perpustakaan sekolah (bekerja sama dengan guru bidang study)
6. Perlombaan yang berkaitan dengan minat dan kegemaran membaca seperti story telling, mengarang, meringkas buku, pidato, dll (bekerja sama dengan kepala sekolah, guru, komite sekolah dam Dinas P&K)
7. Memberikan penghargaan kepada pengunjung aktif dan peminjam aktif (melalui Kepala sekolah)
8. Pelayanan prima dari petugas perpustakaan yaitu dengan wajah manis, ramah tamah dan bersahabat dan menarik, menjelaskan kepada pemustaka (khususnya anak didik) ringkasan-ringkasan buku yang ada di perpustakaan.
9. Menciptakan suasana perpustakaan yang nyaman, bersahabat dan menyenangkan bagi pemustaka.